Langsung ke konten utama

Tokoh Ilmu Perpustakaan dan Teorinya/Karyanya


Tokoh Ilmu Perpustakaan dan Teorinya/Karyanya
Bagi seseorang yang berada ataupun bisa dibilang cinta  di dunia perpustakaan baik itu mahasiswa perpustakaan maupun  pustakawan itu sendiri, untuk  mengenal tokoh-tokoh pustakawan inspiratif bukanlah suatu hal yang baru, akan tetapi masih banyak kita jumpai para penggelut dunia perpustakaan yang kurang ataupun bisa dibilang kita tidak mengenal tokoh-tokoh yang akan saya bahas pada tugas kuliah saya kali ini. Maka dari itu dengan tulisan yang sederhana ini saya mencoba memaparkan beberapa tokoh-tokoh pustakawan yang saya ambil dari beberapa sumber.
1.      Ruang Lingkup Internasional

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqz0mNlY-86B2R5TBvBbYnof57SnX3mwEHXbCCQAwLsPe2SAMc-2x571mDDp3z5g2APqZkGEmzvxi511dhdDvBrO8o7WRc0535-kdUvPR-rIAUeFX0-x6cxE9akqkWWbjDIXu0tPpe7Rzn/s200/200px-Melvil_Dewey.jpgMelville Louis Kossuth Dewey







Dewey lahir di Adams Center, New York, yaitu pada tanggal 10 Desember 1851. Beliau merupakan anak kelima dan terakhir dari pasangan Joel dan Eliza Greene Dewey. Dewey adalah orang pertama yang mendirikan Sekolah untuk Ilmu Perpustakaan (Library Science) yang berada di New York serta beliau lah yang telah menemukan system DDC. Tentunya beliau menjadi peopor Internasional mengenai dunia perpustakaan.
Saat masih mahasiswa, Dewey mendirikan Biro Perpustakaan, yang mana biro tersebut menjual filing-cabinets dan kartu indeks berkualitas tinggi. Selain itu beliau juga mendirikan dimensi standar untuk kartu katalog. Dari sekitar tahun 1883-1888, beliau menjadi kepala pustakawan di Columbia University. Selama menjabat sebagai direktur Perpustakaan, beliau juga  mengadakan  program perpustakaan berjalan. Selain itu dari tahun 1888-1900 beliau menjabat sebagai sekretaris serta pejabat eksekutif dari Universitas Negara Bagian New York. Seperti yang telah saya sejelaskan di atas bahwa Dewey merupakan salah seorang pelopor kepustakawanan di Amerika. Karyanya yang paling dikenal adalah Dewey Decimal Classification (DDC), yang hingga sampai saat ini masih tetap digunakan sebagai kelas klasifikasi di banyak perpustakaan yang ada di dunia. Dewey menemukan system DDC ini kira-kira pada usia 21 tahun saat beliau bekerja sebagai asisten mahasiswa di salah satu perpustakaan dari Amherst Collage. Dengan system ini menciptakan sebuah revolusi dalam bidang perpustakaan dan menggerakkan era baru kepustakawanan bukan hanya di Amerika saja akan tetapi di dunia juga. Dan karena karya dan dedikasinya, sebuah karya menyebutnya sebagai Father of Modern Librarianship
Karya lain dari Dewey yaitu ide dan gagasannya untuk menambah tugas dan fungsi perpustakaan Negara sebagai pembina layanan di perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum. Beliau juga merupakan salah seorang pelopor pendiri ALA (American’s Librarian Association) dan memiliki beberapa biro perpustakaan dan perusahaan swasta sebagai upaya fundrising perpustakaan.

2.      Ruang Lingkup Indonesia

Blasius Sudarsono


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg_VfHoreippmpKqNVj76FvVcdBUJ_dyGtfBzDTSi48tJnFQZ6TmidAVq8nPm9XLpIJIOWn8qi3fXvBjt-1WygxFjpVYXGSRubZFYOd6KCkZCkq2feNpq8ILXQPP_tDueXDB_Vjd8fCVza/s1600/blasius+200.jpg
 






Blasius Sudarsono adalah salah seorang pustakawan sejati, selalu memperhatikan kehidupan maupun bagaimana kemajuan pustakawan Indonesia. Terwujud dalam salah satu karya beliau yang berjudul “Berkaca Sebelum Ke Luar Rumah “Refleksi Diri Pustakawan”  yang mengulas tentang bagaimana kiprahnya pustakawan dan berkembangnya kepustakawanan Indonesia kembali dipertanyakan. Dalam pembahasan ini dikemukakan berbagai pemikiran dan sederet persoalan yang berkaitan dengan kehidupan dan pengembangan perpustakaan.
Menurut Blasius Sudarsono dalam (Basuki: 1998), biasanya seseorang selalu mematut diri di depan cermin sebelum ke luar rumah, apalagi bagi seorang wanita. Namun bukan maksud penulis ingin mengatakan bahwa profesi pustakawan adalah profesi yang berciri feminim. Berkaca dalam hal ini lebih dimaksudkan sebagai refleksi diri untuk mengetahui dan memahami diri kita pustakawan sendiri. Apa saja yang ada pada diri kita pustakawan? Apakah benar kita merasa rendah diri? Lalu apa yang kita lakukan untuk membangun kepercayaan diri, sehingga kita sejajar dengan profesi lain?
Blasius Sudarsono adalah seorang penulis yang sangat produktif, karya-karyanya sudah banyak sekali. Bahkan banyak juga pemikiran-pemikiran beliau yang belum sempat ia tulis, salah satu contohnya tentang falsafah pustakawan asing dan falsafah pustakwan Indonesia yang mungkin berbeda. Hampir semua tulisannya menyampaikan gagasan-gagasan demi berkembangnya ilmu di bidang perpustakaan. Yang mengherankan adalah tulisan Blasius Sudarsono ini disampaikan dengan beberapa gaya bahasa, yakni bahasa normal dan bahasa yang unik.

  1. Pemikiran-Pemikiran Unik
Karya-karya beliau menggunakan gaya bahasa yang  dapat digolongkan menjadi 2 kelompok atau gaya. Pertama, bahasa yang normal artinya menggunakan bahasa yang mudah untuk kita pahami dan dimengerti orang awam. Membaca satu kali saja kita sudah dapat memahami maksud apa yang disampaikan. Kedua, bahasa yang unik artinya banyak pemikiran-pemikiran beliau yang unik atau nyeleneh (di luar kebiasaan)  dan bahkan bahasanya sulit dipahami oleh orang lain. Pemikirannya berdasarkan filsafat, maklum, memahami konsep berbasis filsafat memang membutuhkan waktu dan tenaga ekstra.
Untuk dapat memahami tulisan karya Blasius Sudarsono, sebenarnya orang harus mengenalnya cukup lama karena tulisan karyanya seringkali merupakan sebuah pandangan yang sangat dalam dan bahkan seringkali juga beyond imagination, pemikiran yang jauh berbicara tetang sebuah fenomena yang belum terpikirkan atau terbayangkan orang pada umumnya pada saat pemikirannya ditulis. Sifat inilah yang seringkali membuat orang menyebutnya ”nyeleneh (di luar kebiasaan)”, bicara hal yang oleh kebanyakan pustakawan dianggap tidak lazim, ditambah lagi kesukaan penulis pada filsafat membuat bahasan yang dibuatnya selalu memiliki pandangan yang mendalam. Salah satu tokoh yang hampir selalu dikutipnya adalah filsuf Indonesia yaitu Driyarkara, seorang filsuf dan perintis pendidikan filsafat di Indonesia. Sebaiknya kita sama-sama membaca pemikiran filsuf ini untuk dapat lebih memahami jalan pikiran ’tidak lazim’ dari tulisan Blasius Sudarsono.
Ketidak laziman pandangan beliau terlihat pada tulisan pertama tentang Mengapa Kita Berhimpun yang mempertanyakan: ”mengapa setelah 60 tahun perpustakaan tidak berkembang?”, ”Mengapa ilmu perpustakaan tidak berkembang?” Tentu saja pertanyaan ini akan dianggap tidak lazim oleh banyak orang, terutama para pengelola perpustakaan yang mengukur kemajuan perpustakaan dari koleksi dan teknologi yang dimiliki. Padahal yang dimaksud oleh beliau adalah bahwa perpustakaan harus sudah berperan lebih dari sekedar menyediakan jasa peminjaman koleksi dengan bantuan teknologi. Perpustakaan di Indonesia idealnya sudah harus sampai pada peran sebagai pusat himpunan pengetahuan yang ada di masyarakat dan menjadi pusat berhimpunnya anggota komunitas di mana mereka kemudian berdiskusi, bertukar pikiran, memecahkan masalah dan menemukan gagasan baru. Pada saat itu perpustakaan dengan teknologi dan koleksinya, menyediakan semua kebutuhan referensi untuk diskusi tersebut dan merekam hasil diskusinya untuk menjadi pengetahuan baru. (Ini adalah gagasan mutakhir penulis yang hanya sempat diobrolkan, sehingga tidak ada dalam tulisan).
  1. Pemikiran Blasius Sudarsono Mengenai Literasi Informasi
Blasius Sudarsono, dengan dasar kesukaan beliau, yaitu mencoba membuat ‘istilah paling Indonesia’,  mencoba menerjemahkan asal istilah literasi informasi yaitu information literate menjadi ‘keberinformasian’ yang berarti kesadaran akan kebutuhan, kemampuan mencari dan menemukan, dan menggunakan informasi. Tulisan berjudul “Keberinformasian: sebuah Pemahaman Awal” merupakan sebuah pemikiran ‘nyeleneh’ karena tidak membahas fenomena literasi informasi dari segi teknis seperti pada umumnya, akan tetapi dari sisi filsafat hidup (seperti biasanya, Driyarkara menjadi acuan pandangannya) yang menyadarkan semua pembacanya bahwa keberinformasian bukanlah fenomena teknis. Pemikiran rumit ini juga disampaikannya dalam tulisan berjudul “Konsep Keberinformasian di Sekolah”.
Tidak banyak yang bisa mengerti cara Pak Dar memandang dunia perpustakaan dan pustakawan.  Paling tidak gagasan, pemikiran atau kritik terhadap dunia perpustakaan dan pustakawan seperti tulisan yang telah disampaikan Blasius Sudarsosno dalam tulisan sebanyak 27 (dua puluh tujuh) karya yang ditulis sejak Februari 2007 sampai Juli 2009. Sampai sekarang beliau masih terus berkarya demi kemajuan dunia kepustakawanan.          
3.      Karya-karya Blasius Sudarsono
Beliau benar-benar penulis yang produktif, karya-karya beliau yang sudah ditulis antara lain :
  • Sekitar Rancangan Undang-undang Perpustakaan
  • Pustakawan, Cinta dan Teknologi. Jakarta: Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakan dan Informasi Indonesia, 2009
  • Mengapa ilmu perpustakaan tidak berkembang?
  • Mengapa Harus Beragam?
  • Pendekatan Dalam Pencarian Dan Pendokumentasian Inovasi Masyarakat
  • Penerapan Teknologi Informasi dan Dokumentasi di Bidang Dokumentasi Hukum
  • Pemberdayaan Perpustakaan Di Lingkungan Mahkamah Agung RI, Pengadilan Tingkat Banding, dan Pengadilan Tingkat Pertama”
  • Strategi Pengembangan Pustakawan Utama dan Madya
  • Menuju Penyempurnaan Jabatan Fungsional Pustakawan
  • Pemikiran Tentang Pustakawan Bukan Pegawai Negeri Sipil
  • Refleksi dan Transformasi Kepustakawanan
  • Pendidikan Profesional Pustakawan dan Kebutuhan Masa Depan Perpustakaan Di Indonesia
  • Sekitar Rancangan Undang-undang Perpustakaan
  • Catatan atas Buku Pengelolaan Perpustakaan
  • Perpustakaan Untuk Rakyat: Dialog Anak dan Bapak. Jakarta: Sagung Seto, 2012
  • Memaknai Dokumentasi: Pidato Kepustakawanan. Jakarta: PDII-LIPI
  • Berkaca Sebelum Ke Luar Rumah: Refleksi Diri Pustakawan
  • Antologi Kepustakaan Indonesia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Story Telling

Pengaruh Kegiatan Story Telling Terhadap Pertumbuhan Minat Baca di TK Raudhatul Athfal Perwanida 3 Palembang         Disusun Oleh: Netty Cayati (1730403060) Dosen Pengampu : Rani Kurnia Vlora, S.IP; M.A PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2018 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah suatu proses belajar mengajar merupakan suatu proses berkesinambungan dan tidak terbatas pada penyampaian materi pelajaran di kelas, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana agar materi yang diterima siswa di kelas dapat diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu diperlukan keterampilan mengajar yang baik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru/ pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesada...

Makalah Katalog

Penggunaan Katalog Manual Dalam Proses Temu Kembali Informasi Pemustaka Di Yayasan Nurul Iman Sekip Jaya, Palembang Oleh Nama                         :   Netty Cayati Nim                :   (17 30403060 ) Kela                :   17 Pus B Mata Kuliah Pengkatalogan Buku Dan Non Buku Dosen Pengampu Rani Kurnia V lora, S.IP, M.A PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN 2018      I.           PENDAHULUAN ABSTRAK K atalog perpustakaan adalah suatu daftar yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan, dengan informasi deskripti...

semangat

Jalani hidup ini dengan menerima apa yang telah di tentukan dari yang Maha Kuasa. Tak perlu banyak mengeluh